Jalan Simpang Pembangunan Pertanian di Indonesia
Abstract
Penyediaan bahan pangan terutama biji-bijian seperti beras, jagung, dan kacang-kacangan menjjadi masalah serius dalam lima tahun terakhir ini. Harga bahan pangan terus melambung dan impor beras, kedelai, bahkan garam selalu menjadi “head line” di surat kabar. Indonesia sebagai negara agraris belum mampu mencukupi kabutuhan pangan, terutama beras bagi penduduknya. Pembangunan pertanian kita berada di persimpangan jalan. Pembangunan pertanian yang telah dirintis di awal tahun 1970-an dengan “Revolusi Hijau” tidak berhasil dilanjutkan dan dikembangkan. Pembangunan ekonomi kita telah salah arah, pembangunan ekonomi kita dalam lima belas tahun terakhir bias ke sektor “urban”, dengan konsep “Tiga Pro”, pro growth, pro job, dan pro poor. Pembangunan tidak dikembambangkan ke sektor pertanian. Pembangunan pertanian “harus” dikedepankan untuk mendorong industri, bukan sebaliknya. Kebijakan pertanian dengan cara pemberian subsidi pupuk dab bibit hanya untuk meningkatkan produksi pangan (beras) tetapi tidak tercapai, impor beras selalu menjadi jalan reasioner. Akibatnya kesejahteraan petani tidak terangkat.
Full Text:
PDFDOI: https://dx.doi.org/10.36080/jem.v1i1.280
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 Ekonomika dan Manajemen